AlHasan rahimahullaah berkata, “Orang yang berilmu lebih baik daripada orang yang zuhud terhadap dunia dan orang yang bersungguh-sungguh dalam beribadah.” [5] Sufyan ats-Tsauri (wafat th. 161 H) rahimahullaah mengatakan, “Aku tidak mengetahui satu ibadah pun yang lebih baik daripada mengajarkan ilmu kepada manusia.” [6] “Dan sesungguhnya akhirat itu lebih baik bagimu dari permulaan.” QS. Al-Dhuha [93] 4 Dalam Tafsir al-Wajiz, Wahbah Zuhaili menjelaskan bahwa makna ayat di atas adalah Sesungguhnya kehidupan akhirat yang kekal dan abadi beserta segala isinya berupa surga dan kemuliaan itu lebih utama dari kehidupan dunia yang fana ini. Banyak di antara kita, bahkan mungkin diri kita sendiri yang lebih fokus untuk memenuhi segala kebutuhan hidup di dunia ini, tetapi sering kali lupa untuk mempersiapkan bekal hidup di akhirat nanti. Betapa banyak orang yang berlomba-lomba untuk dapat hidup sukses di dunia, tetapi sangat sedikit yang bersusah payah untuk dapat hidup sukses di akhirat. Jika untuk kehidupan dunia, manusia umumnya tak kenal lelah, tetapi untuk kehidupan akhirat begitu berat kaki melangkah untuk ibadah. Suatu ketika Rasulullah SAW pernah mengingatkan, “Akan datang pada umatku suatu masa di mana mereka mencintai lima perkara dan melupakan lima perkara lainnya. Mereka mencintai dunia dan melupakan akhirat. Mereka mencintai kehidupan dan melupakan kematian. Mereka mencintai gedung-gedung dan melupakan kubur. Mereka mencintai harta benda dan melupakan hisab perhitungan amal di akhirat. Mereka mencintai makhluk dan melupakan Penciptanya Khaliq.” Sungguh tepat prediksi Rasulullah SAW tersebut. Di zaman modern sekarang ini sangat mudah kita jumpai manusia-manusia seperti yang digambarkan Rasulullah SAW, itu adalah diri kita sendiri. Ya disadari atau tidak, sebagian besar dari kita sangat mencintai dunia dan sering melupakan akhirat. Kita lebih mencintai kehidupan dan melupakan kematian. Kita berbangga diri dengan kemewahan rumah yang kita miliki, sementara kita lupa bahwa kita akan mati dan berada di dalam kubur, rumah masa depan kita. Kita tumpuk pundi-pundi kekayaan sebanyak-banyaknya, tetapi kita lupa bahwa kelak di akhirat akan ada yaumal-hisab hari perhitungan, di mana seluruh harta yang kita miliki akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah. Kita akan ditanya darimana semua harta yang kita miliki berasal, dan untuk apa harta tersebut dibelanjakan? Kita juga lebih mencintai makhluk daripada Khalik. Kita tumpahkan rasa cinta dan kasih sayang kita kepada keluarga kita, anak-istri, tetapi kita lupa untuk mencintai Allah, Zat yang telah menghadirkan kita ke muka bumi ini, dan menghadirkan pasangan serta keturunan bagi kita. Jika kita sadari betapa kehidupan di dunia ini hanyalah sementara, sedangkan kehidupan di akhirat nanti adalah yang utama, kekal abadi selamanya, maka kesempatan hidup di dunia ini akan kita manfaatkan sebaik-baiknya untuk mencari bekal kehidupan di akhirat kelak. Kita jadikan dunia ini adalah ladang untuk menanam amal saleh, sehingga pada saat kita berjumpa dengan Allah nanti, kita akan terasa bahagia karena kita telah berusaha untuk melakukan yang terbaik semasa hidup di dunia. Insya Allah, kehidupan akhirat yang akan kita jalani penuh dengan tawa canda bahagia. Sebaiknya kita menganggap bahwa kehidupan di dunia ini adalah segala-galanya, sehingga kita tidak peduli dengan kehidupan akhirat ini. Maka kesempatan hidup di dunia ini akan kita habiskan untuk mencari kesenangan, memenuhi segala keinginan serta memperturutkan hawa nafsu kita. Kita tidak pernah menyiapkan bekal apapun untuk kehidupan akhirat kelak. Pada gilirannya, ketika kita berjumpa dengan Allah nanti, kita akan menyesali segala perbuatan kita. Dan penyesalan di akhirat tiadalah gunanya. Kehidupan selanjutnya yang akan kita jalani di akhirat akan dipenuhi dengan kesedihan, kepedihan dan penderitaan. Naudzu billah tsumma na’udzubillah min dzalika. [Didi Junaedi, Qur’anic Inspiration]
DoaKeselamatan Dunia Akhirat dalam Al-Quran. Sementara itu, ada banyak juga doa keselamatan dunia akhirat yang tersebar dalam ayat-ayat Al-Quran, sebagaimana berikut; 1. Doa Keselamatan Dunia Akhirat Nabi Luth AS. Nabi Luth AS pernah berdoa kepada Allah SWT agar terhindar dari orang-orang zalim sebagaimana tertuang dalam surat As-Syu’ara
Kita acap kali tidak adil dalam memberi perhatian terhadap urusan dunia dan urusan akhirat. Seringkali seluruh perhatian dan potensi dikerahkan untuk urusan dunia, sedangkan akhirat seperlunya saja. Padahal dunia dan akhirat sangat tidak sebanding. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebut dalam Kitab-Nya bahwa Akhirat lebih baik dari dunia. “Wal akhiratu khairun laka minal ula; dan akhirat lebih baik bagimu dari kehidupan yang pertama dunia”, kata Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat Adh-Dhuha. Bahkan akhirat tidak hanya lebih baik dari dunia. Ia juga lebih kekal. “Wal akhiratu khairun Wa abqa; dan akhirat lebih baik serta lebih kekal”, kata Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam ayat lain. Olehnya, tidak selayaknya kita mengerahkan seluruh perhatian dan potensi untuk dunia yang sementara lalu mengabaikan akhirat yang kekal dan lebih baik. Seharusnya perhatian dan kesungguhan kita terhadap dunia sekadar dengan singkatnya kita berdiam di sini. Demikian pula dengan akhirat, perhatian kita kepadanya hendaknya seukur dengan lamanya tinggal di sana, sebagaimana diwasiatkan Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah. “Bekerjalah untuk duniamu seukur berapa lamanya kau akan tinggal di bumi. Dan bekerjalah untuk akhiratmu, seukur berapa lamanya kau akan hidup di sana”. Dalam al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan kita sebagai hambaNya, “Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanya permainan, senda gurau yang melalaikan, perhiasan, saling berbangga diri di antara kalian dan saling berlomba untuk memperbanyak harta dan anak ” QS al-Hadid 20. Saat melewati sebuah pasar, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya menemukan bangkai seekor anak kambing yang kecil telinganya. Beliau memegang telinga bangkai itu lalu mengangkatnya. Sambil menoleh beliau bertanya, “Siapakah diantara kalian yang mau membayar bangkai ini seharga satu dirham?” Dengan wajah heran para sahabat menjawab, “Bagi kami ia tidak ada nilainya sedikitpun. Apa yang dapat kami lakukan terhadap bangkai yang hina itu?” Beliau menambahkan lagi, “Bagaimana kalau bangkai ini diberikan cuma-cuma pada kalian?” Serentak mereka menimpali, “Demi Allah, seandainya-pun masih hidup kami tidak bakal tertarik. Ia adalah hewan cacat karena telinganya kecil, apalagi dengan kondisi sekarang yang telah menjadi bangkai?!, sudah tentu kami lebih tidak tertarik lagi”. Sambil tersenyum Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Demi Allah, sungguh dunia di sisi Allah jauh lebih hina ketimbang bangkai anak kambing ini“ HR. Bukhari. Dalam kesempatan lain, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Andai dunia ini sepadan dengan sayap seekor nyamuk di sisi Allah, maka orang-orang kafir tidak bakal mendapat minum walau seteguk air“ HR. Tirmidzi. Inilah hakekat dunia sebenarnya. Sebuah kenyataan yang mengajak kita sadar. Jangan sampai gemerlap dan tipu dayanya menjadikan kita budak. Atau bahkan hamba baginya. Sebab, penghambaan terhadap dunia merupakan sumber segala kerusakan. Lihatlah kefajiran yang banyak dibuat anak Adam, dahulu hingga kini, hampir seluruhnya disebabkan cinta dunia. Dalam menyikapi kehidupan dunia dan tujuan akhirat yang dituju, anak adam terbagi menjadi dua Golongan pertama, mereka yang mengingkari kehidupan akhirat setelah alam dunia ini berakhir. Tentang mereka, Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan tidak percaya akan pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan“. QS Yunus 7. Golongan kedua, mereka yang meyakini adanya hari pembalasan pasca kehidupan dunia. Golongan ini mengakui para Rasul serta membenarkan risalahnya. Kendati kondisi mereka bertingkat, seperti disinggung dalam firman-Nya, “Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada pula yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar” QS. Fathir 32. Berdasarkan ayat di atas, golongan kedua ini Allah Subhanahu wa Ta’ala membagi mereka ke dalam beberapa kelompok, yaitu Pertama, zaalimun linafsihi. Yakni, orang yang menzalimi diri sendiri. Dalam kehidupan ini mereka banyak terjebak dalam perkara-perkara haram. Sebab bagi mereka, dunia adalah segalanya. Wala’ kecenderungan-nya pun sepenuhnya diserahkan pada dunia. Makanya, mereka dikatakan menzalimi diri sendiri. Karena sikap mereka itu sedikitpun tidak memberi mudharat bagi Allah Ta’ala. Akan tetapi, akibat dari perbuatan mereka itu kembali pada diri sendiri. Gerak hidup mereka kebanyakan didominasi kepentingan hawa nafsu dan pemuasan syahwat hewani. Kedua, muqtashid. Yakni, golongan pertengahan. Mereka menikmati kehidupan dunia dari arah yang dibolehkan, disamping melaksanakan seluruh kewajiban yang dibebankan syari’at. Golongan ini tidak tercela. Hanya saja derajat mereka di sisi Allah Ta’ala tidaklah istimewa. Diriwayatkan, Umar bin al-Khattab t berkata, “Seandainya bukan karena takut derajatku di surga akan berkurang, sudah pasti aku akan mendahului kalian dalam hal kehidupan dunia. Saya mendengar Allah Ta’ala mencela suatu kaum melalui firman-Nya, “Kamu telah menghabiskan rezkimu yang baik dalam kehidupan duniawimu saja dan kamu telah bersenang-senang dengannya“ QS al-Ahqaf 20. Ketiga, sabiqun bi al-khairaat. Yakni, orang-orang yang bersegera mengerjakan amal-amal kebajikan. Mereka paham hakikat kehidupan dunia ini. Mengerti maksud dan tujuan mengapa mereka diciptakan. Hingga akhirnya mengarahkan mereka mengubah segala gerak dalam hidup sebagai amal dan ibadah kepada Allah Ta’ala. Disamping itu, mereka sadar, bahwa Allah Ta’ala menempatkan segenap hambaNya di bumi untuk menjalani ujian. Hal ini, agar kelihatan siapa yang paling baik amalnya. Paling zuhud terhadap dunia. Dan paling cinta pada negeri akhirat. “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya” QS al-Kahfi 7, demikian firman Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka merasa cukup mengambil dunia sekedar bekal menghadapi perjalanan panjang. Karena dunia, menurut mereka, adalah terminal mengisi segala perbekalan yang dibutuhkan. Olehnya, Allah Ta’ala mengingatkan kita akan hal itu “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa“ QS al-Baqarah 97. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Apa urusanku dengan dunia ini?!, tidaklah aku di dunia melainkan ibarat pejalan kaki yang berlindung di bawah naungan sebatang pohon, istirahat, lalu pergi meninggalkannya“. HR. Tirmidzi. Artinya, kampung sebenarnya bagi hamba adalah kampung akhirat. Keluarga hakiki baginya adalah keluarga di akhirat. Harta kekayaan sebenarnya adalah harta di akhirat. Merugilah orang-orang yang tega menjual akhiratnya demi mengais secuil kesenangan dunia yang fana. Makanya, tanamkan niat taqwa dalam seluruh aktifitas hidup. Hal mana agar setiap perbuatan kita di muka bumi bernilai pahala di sisi-Nya. Sebab demikianlah maksud keberadaan kita di dunia. Ibadah, dan mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya. Mu’adz bin Jabal t berkata, “Aku mengharapkan pahala dari tidurku, sebagaimana mengharapkan pada waktu terjagaku shalat malam”. Mengapa kita selalu lelah di dunia ini? Sebelum menjawabnya, marilah kita melihat dan merenungi bagaimana al-Qur’an bertutur kepada kita. Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk berdzikir dan mengerjakan shalat, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Wahai orang yang beriman, apabila kalian diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, maka berlarilah bersegeralah kalian mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.” QS. al-Jumu’ah 9. Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk melakukan kebaikan, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Maka berlomba-lombalah dalam berbuat kebaikan” QS. al-Baqarah 148. Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk memohon dan meraih ampunanNya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan bersegeralah kamu menuju ampunan dari Tuhanmu dan menuju surga” QS. Ali-Imran 133. Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk kembali dan menuju kepadaNya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Maka berlarilah kembali ta’at kepada Allah” QS. Adz-Dzaariyat 50. Seluruh bentuk perintah untuk akhirat di dalam al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkannya dengan kata atau kalimat perintah ; bersegeralah, berlarilah, bergegaslah, dan kata-kata lainnya yang semakna. Namun, ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala berbicara tentang dunia dan semua bentuk kenikmatan yang ada di dalamnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala menggunakan kata atau kalimat dalam bentuk lainnya. Mari kita lihat. Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan tentang urusan menjemput rizki duniawi, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dialah yang menjadikan bumi mudah bagimu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari RizkiNya” QS. Al-Mulk 15. Dalam ayat tersebut Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menggunakan kata atau kalimat perintah; bersegeralah, berlarilah, bergegaslah, dan kata-kata lainnya yang semakna seperti pada perkara-perkara akhirat di atas. Namun, dalam ayat tersebut, untuk urusan dunia, Allah Subhanahu wa Ta’ala cukup menggunakan kata atau kalimat “berjalanlah”. Jika kita mau merenungi hal ini, semestinya kita bisa memahami, kapan kita perlu berlari, atau menambah kecepatan lari kita, atau bahkan cukup berjalan saja. Jangan-jangan, selama ini kita merasa lelah, karena malah berlari mengejar dunia yang seharusnya cukup dengan berjalan. Oleh karena itu, sekali lagi, adillah Saudaraku! Adil itu tidak harus sama. Tapi, adil itu ketika kita mampu menempatkan sesuatu pada tempatnya. Ya, akhirat tempatnya teramat jauh dan tinggi dibandingkan dunia. “Dunia dibanding akhirat tiada lain hanyalah seperti jika seseorang di antara kalian mencelupkan jarinya kelautan, maka hendaklah ia melihat air yang menempel di jarinya setelah ia menariknya” HR. Muslim, begitu pesan Nabi kita. Namun, betapapun akhirat menjadi tujuan tertinggi, tentu saja dunia adalah bagian dari kehidupan kita yang tidak dilupakan. “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari kenikmatan duniawi” QS. Al-Qashas 77, firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam sebuah ayatNya. Maksudnya yaitu gunakanlah harta yang banyak dan nikmat yang berlimpah yang telah Allah berikan kepadamu di dalam ketaatan kepada Rabmu dan untuk bertaqarrub mendekatkan diri kepada-Nya dengan berbagai macam bentuk taqarrub, yang dengannya engkau akan mendapatkan pahala di negeri akhirat. Namun, janganlah kamu melupakan bahagianmu dari kenikmatan duniawi yaitu apa- apa yang telah Allah halalkan untukmu di dunia seperti makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, dan pernikahan, sesungguhnya Rabmu mempunyai hak darimu, dirimu mempunyai hak darimu, keluargamu mempunyai hak darimu, istriu mempunyai hak darimu, maka berikanlah hak kepada setiap pemilik hak Tafsir Ibnu Katsir Jilid 6 253-254. Wallahu a’lam. Oleh Azwar Iskandar Sinovacmenyatakan telah memasok lebih dari 600 juta dosis di dalam dan luar negeri hingga akhir Mei 2021. Lebih dari 430 juta dosis sudah digunakan di penjuru dunia.

وَلَلْءَاخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ ٱلْأُولَىٰ Arab-Latin Wa lal-ākhiratu khairul laka minal-ụlāArtinya Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang permulaan. Ad-Dhuha 3 ✵ Ad-Dhuha 5 »Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangKandungan Mendalam Tentang Surat Ad-Dhuha Ayat 4 Paragraf di atas merupakan Surat Ad-Dhuha Ayat 4 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada aneka ragam kandungan mendalam dari ayat ini. Tersedia aneka ragam penjelasan dari berbagai ahli ilmu mengenai isi surat Ad-Dhuha ayat 4, misalnya seperti tertera📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia4-5. Kehidupan akhirat lebih baik bagimu daripada kehidupan dunia. Dan tuhanmu akan memberimu wahai nabi ,berbagai macam kenikmatan di akhirat,maka kamu akan ridha dengannya.📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid Imam Masjidil Haram4. Dan sungguh kehidupan Akhirat lebih baik bagimu daripada kehidupan dunia, karena kenikmatan abadi yang tidak terputus di Akhirat.📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah4. Sungguh surga yang ada di kehidupan akhirat lebih baik bagimu daripada dunia, meskipun di dunia Allah telah memberinya kemuliaan kenabian yang melampaui segala kemuliaan. Dan karena dunia seperti bayangan yang akan sirna dan hanya tempat perantara, maka ia sama sekali tidak dapat dibandingkan dengan kehidupan dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah4. وَلَلْءَاخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْأُولَىٰ Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang Yakni surga lebih baik bagimu daripada dunia. Padahal di dunia beliau telah dimuliakan dengan kenabian.📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah4. Akhirat yang kekal abadi dan apa yang ada di dalamnya berupa surga dan kemuliaan itu lebih baik daripada dunia fana yang tercampur dengan kerusakan. Ath-Thabrani mengatakan di pertengahan ucapan Ibnu Abbas yang berkata Rasulallah SAW bersabda “Telah tampak bagiku rahasia yang terbuka, yaitu umatku setelah masaku, dan hal itu membuatku senang” kemudian Allah menurunkan ayat {Wa lal aakhiratu khairul laka minal uulaa} dan sanadnya hasan”📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah{Sungguh akhirat itu lebih baik bagimu daripada yang permulaanMau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H4. Sedangkan kondisi Rasulullah selanjutnya, maka Allah berfirman, “Dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari permulaan,” yakni setiap kondisi terakhirmu lebih baik dari kondisi sebelumnya dan beliau terus menapaki derajat tinggi, Allah mengukuhkan AgamaNya bagi beliau, menolongnya dari musuh-musuhnya dan meluruskan kondisi-kondisinya, hingga tatkala wafat, beliau mencapai kondisi yang tidak bisa dicapai oleh orang-orang terdahulu dan yang terakhir, berupa kemuliaan, nikmat, penyejuk mata, dan kebahagiaan hati.📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, anggota Lajnah Daaimah Komite Fatwa Majelis Ulama KSAKemudian Allah ﷻ mengabarkan kepada Nabi-Nya bahwasanya apa yang Allah ﷻ siapkan untuknya di akhirat adalah lebih baik daripada dunia dan seisinya. Allah ﷻ tidak akan meninggalkanmu didunia wahai Muhammad, akan tetapi apa yang Tuhanmu siapkan di akhirat adalah kenikmatan yang jauh lebih baik dan tidak akan musnah. { وَلَلْآخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الْأُولَىٰ } Surga yang Allah ﷻ siapkan untuk NAbi-Nya adalah lebih baik daripada apa yang telah Dia ﷻ berikan kepadanya didunia, oleh karena itu harta dan kekuasaan dunia tidak pernah manguasai Nabi Muhammad ﷺ , sebagaimana para Raja-raja dan penguasa lainnya tunduk dan menjadi hamba harta dunia, karena sesungguhnya dunia akan musnah dan hancur, dan tidak akan ada lagi kehidupan didalamya, maka Allah ﷻ memberikan kekayaan dunia ini kepada Nabi-Nya secukupnya.📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, ulama besar abad 14 Hوَلَلْآخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الْأُولَى " dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari permulaan."Kalimat ini diberi penegasan dengan huruf lam –lamul ibtida pemulai kalimat-. Akhirat adalah hari dibangkitkannya manusia, mereka akan menuju ke tempat akhir mereka, baik surge atau neraka, maka Allah mengatakan kepada Nabi-Nya shallallaahu 'alaihi wa sallam وَلَلْآخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الْأُولَى " dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari permulaan." Maknanya Dari dunia, itu dikarenakan di akhirat terdapat kenikmatan yang tidak pernah dipandang mata, terdengar telinga dan terbetik di benak hati manusia 1 dan tempat cemeti salah seorang dari kita di surge lebih baik dari dunia dan segala isinya, sebagaimana berita ini datang dari Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam. 2 Oleh karenanya, ketika Allah memberikan pilihan kepada Nabi-Nya shallallaahu 'alaihi wa sallam saat beliau sakit antara hidup di dunia dan dengan apa-apa yang ada di sini Allah, beliau memilih yang ada di sisi Allah, sebagaimana beliau mengumumkannya di atas mimbar dalam khutbahnya, beliau menuturkannya di atas mimbar إِنَّ عَبْداً مِنْ عِبَادِ الله خَيَّرَهُ اللهُ بَيْنَ أَنْ يَعِيْشَ فيِ الدُّنْيَا مَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَعِيْشُ وَبَيْنَ مَا عِنْدَه فَاخْتَارَ مَا عِنْدَهُ "Sesungguhnya seorang hambna di antara hamba-hamba Allah, diberikan pilihan oleh Allah antara hidup di dunia hingga kehidupan yang dihendaki Allah dengan apa-apa yang ada di sisi Allah, maka ia memilih apa-apa yang ada di sisi Allah" Maka Abu Bakar radhiyallaahu 'anhu menangis seketika, para sahabat yang lain keheranan mengapa ia menangis dari penuturan Rasulullah tersebut. Tetapi ia radhiyallaahu 'anhu adalah orang yang paling memahami Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam, beliau paham bahwa yang diberitakan dalam penuturannya itu adalah Rasul shallallaahu 'alaihi wa sallam, dan beliau memilih apa-apa yang ada di sisi Allah yaitu akhirat, dan ini adalah pemberitahuan akan dekatnya ajal beliau 3 1 Dikeluarkan Bukhari 3244 dan Muslim 2824 dari hadits Abu Hurairah Radhiyallaahu 'anhu 2 Dikeluarkan Bukhari 6451 dari hadits Sahl Bin Sa'd radhiyallaahu 'anhu. 3 Dikeluarkan Bukhari 466 dan Muslim 2382 dari hadits Abu Sa'id al-Khudriy radhiyallaahu ' dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-SyawiSurat Ad-Dhuha ayat 4 Allah mengabarkan dengan kabar gembira kepada Nabi-Nya ﷺ, bahwa surga lebih baik baginya dari dunia yang fana ini. Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin pada pelajarannya di masjid Al Haram Mekkah saat subuh tanggal 28/3/1418 H Dan firman-Nya وَلَلْءَاخِرَةُ خَيْرٌۭ لَّكَ مِنَ ٱلْأُولَىٰ ayat ini khusus bagi Nabi ﷺ, adapun bagi seluruh manusia maka Allah berfirman وَٱلْءَاخِرَةُ عِندَ رَبِّكَ لِلْمُتَّقِينَ yang artinya dan kehidupan akhirat itu di sisi Tuhanmu adalah bagi orang-orang yang bertakwa, {Az Zukhruf 35}, dan tidaklah disyaratkan taqwa bagi Nabi ﷺ, karena Nabi adalah imam bagi orang-orang yang bertakwa.📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, bahwa akhir perjuangan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam itu akan menjumpai kemenangan-kemenangan meskipun permulaannya penuh dengan kesulitan-kesulitan. Allah Subhaanahu wa Ta'aala menguatkan agama Beliau, memenangkan Beliau terhadap musuh-musuhnya serta memperbaiki kondisi Beliau sehingga Beliau mencapai keadaan yang tidak dapat dicapai oleh orang-orang terdahulu maupun yang datang kemudian, baik dalam hal keutamaan, kebanggaan maupun kegembiraan. Sedangkan di akhirat, maka tidak perlu ditanya tentang keadaan Beliau; keadaan Beliau penuh dengan berbagai kemuliaan dan kenikmatan. Oleh karena itu, Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas.” Pemberian-Nya yang besar tidak mungkin diungkapkan selain dengan kata-kata itu. Di antara mufassir ada yang menafsirkan akhirat’ dengan kehidupan akhirat beserta segala kenikmatannya, dan ula’ dengan kehidupan dunia.📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Ad-Dhuha Ayat 4Dan sungguh, yang kemudian itu lebih baik bagimu dari yang permulaan. Akhirat beserta pahala yang Allah sediakan untukmu itu lebih baik daripada dunia ini. Kenikmatan akhirat bersifat abadi, sedangkan kehidupan dunia hanya sementara. 5. Dan sungguh, kelak tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya yang berlimpah kepadamu, baik dalam urusan dunia seperti kesuksesan menyampaikan risalah, maupun di akhirat dengan pahala, hak memberi syafaat, dan sebagainya. Dia akan mencurahkan karunia kepadamu sehingga engkau menjadi puas dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangDemikian beberapa penjelasan dari para mufassirun mengenai isi dan arti surat Ad-Dhuha ayat 4 arab-latin dan artinya, semoga memberi kebaikan untuk kita bersama. Dukunglah syi'ar kami dengan memberikan link menuju halaman ini atau menuju halaman depan Halaman Banyak Dibaca Tersedia berbagai konten yang banyak dibaca, seperti surat/ayat Bismillah, An-Nisa 59, Yusuf, An-Nashr, Az-Zumar 53, Al-Ma’idah 3. Juga Al-Kahfi 1-10, Al-Qari’ah, Al-Ashr, An-Naziat, Al-Lahab, Quraisy. BismillahAn-Nisa 59YusufAn-NashrAz-Zumar 53Al-Ma’idah 3Al-Kahfi 1-10Al-Qari’ahAl-AshrAn-NaziatAl-LahabQuraisy Pencarian lafal surat yasin, surat al isra ayat 70, al furqon 74, surah al isro, surat alkoriah Dapatkan amal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat. Plus dapatkan bonus buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah" secara 100% free, 100% gratis Caranya, salin text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga 3 group WhatsApp yang Anda ikuti Silahkan nikmati kemudahan dari Allah Ta’ala untuk membaca al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik surat yang mau dibaca, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar tafsir lengkap untuk ayat tersebut 🔗 *Mari beramal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat ini* Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol "Dapatkan Bonus" di bawah

Hijrah tidak akan terhenti hingga terputusnya pintu taubat & pintu taubat tidak pernah terputus hingga matahari terbit dari arah barat.”(𝙃𝙍. 𝘼𝙗𝙪 𝘿𝙖𝙬𝙪𝙙).Mohon maaf jika ada salah samada saya sengaja atau tidak sengaja.Semoga Allah Merahmati dan Melindungi kita semua di Dunia dan Akhirat..Semoga tahun baru nanti
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID zXzyX1kMA74g9VZy2WIh9KX8V79H_SnqXrtfv_8LBAaNXtb22kAUkw==
Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al-A’laa: 16-17) Semua dalil-dalil, baik dari Al-Qur’an maupun as-Sunnah, mendorong seorang yang beriman untuk tidak terlalu bergantung kepada dunia dan lebih mengharapkan akhirat yang lebih baik dan lebih kekal.

– Kita acap kali tidak adil dalam memberi perhatian terhadap urusan dunia dan urusan akhirat. Seringkali seluruh perhatian dan potensi dikerahkan untuk urusan dunia, sedangkan akhirat seperlunya saja. Padahal dunia dan akhirat sangat tidak sebanding. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebut dalam Kitab-Nya bahwa Akhirat lebih baik dari dunia. “Wal akhiratu khairun laka minal ula; dan akhirat lebih baik bagimu dari kehidupan yang pertama dunia”, kata Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat Adh-Dhuha. Bahkan akhirat tidak hanya lebih baik dari dunia. Ia juga lebih kekal. “Wal akhiratu khairun Wa abqa; dan akhirat lebih baik serta lebih kekal”, kata Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam ayat lain. Olehnya, tidak selayaknya kita mengerahkan seluruh perhatian dan potensi untuk dunia yang sementara lalu mengabaikan akhirat yang kekal dan lebih baik. Seharusnya perhatian dan kesungguhan kita terhadap dunia sekadar dengan singkatnya kita berdiam di sini. Demikian pula dengan akhirat, perhatian kita kepadanya hendaknya seukur dengan lamanya tinggal di sana, sebagaimana diwasiatkan Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah. “Bekerjalah untuk duniamu seukur berapa lamanya kau akan tinggal di bumi. Dan bekerjalah untuk akhiratmu, seukur berapa lamanya kau akan hidup di sana”. Donasi Situs Islam Arrahmah Arrahmah Care Rp 0terkumpul Dalam al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan kita sebagai hambaNya, “Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanya permainan, senda gurau yang melalaikan, perhiasan, saling berbangga diri di antara kalian dan saling berlomba untuk memperbanyak harta dan anak ” QS al-Hadid 20. Saat melewati sebuah pasar, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya menemukan bangkai seekor anak kambing yang kecil telinganya. Beliau memegang telinga bangkai itu lalu mengangkatnya. Sambil menoleh beliau bertanya, “Siapakah diantara kalian yang mau membayar bangkai ini seharga satu dirham?” Dengan wajah heran para sahabat menjawab, “Bagi kami ia tidak ada nilainya sedikitpun. Apa yang dapat kami lakukan terhadap bangkai yang hina itu?” Beliau menambahkan lagi, “Bagaimana kalau bangkai ini diberikan cuma-cuma pada kalian?” Serentak mereka menimpali, “Demi Allah, seandainya-pun masih hidup kami tidak bakal tertarik. Ia adalah hewan cacat karena telinganya kecil, apalagi dengan kondisi sekarang yang telah menjadi bangkai?!, sudah tentu kami lebih tidak tertarik lagi”. Sambil tersenyum Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Demi Allah, sungguh dunia di sisi Allah jauh lebih hina ketimbang bangkai anak kambing ini“ HR. Bukhari. Dalam kesempatan lain, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Andai dunia ini sepadan dengan sayap seekor nyamuk di sisi Allah, maka orang-orang kafir tidak bakal mendapat minum walau seteguk air“ HR. Tirmidzi. Inilah hakekat dunia sebenarnya. Sebuah kenyataan yang mengajak kita sadar. Jangan sampai gemerlap dan tipu dayanya menjadikan kita budak. Atau bahkan hamba baginya. Sebab, penghambaan terhadap dunia merupakan sumber segala kerusakan. Lihatlah kefajiran yang banyak dibuat anak Adam, dahulu hingga kini, hampir seluruhnya disebabkan cinta dunia. Dalam menyikapi kehidupan dunia dan tujuan akhirat yang dituju, anak adam terbagi menjadi dua Golongan pertama, mereka yang mengingkari kehidupan akhirat setelah alam dunia ini berakhir. Tentang mereka, Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan tidak percaya akan pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan“. QS Yunus 7. Golongan kedua, mereka yang meyakini adanya hari pembalasan pasca kehidupan dunia. Golongan ini mengakui para Rasul serta membenarkan risalahnya. Kendati kondisi mereka bertingkat, seperti disinggung dalam firman-Nya, “Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada pula yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar” QS. Fathir 32. Berdasarkan ayat di atas, golongan kedua ini Allah Subhanahu wa Ta’ala membagi mereka ke dalam beberapa kelompok, yaitu Pertama, zaalimun linafsihi. Yakni, orang yang menzalimi diri sendiri. Dalam kehidupan ini mereka banyak terjebak dalam perkara-perkara haram. Sebab bagi mereka, dunia adalah segalanya. Wala’ kecenderungan-nya pun sepenuhnya diserahkan pada dunia. Makanya, mereka dikatakan menzalimi diri sendiri. Karena sikap mereka itu sedikitpun tidak memberi mudharat bagi Allah Ta’ala. Akan tetapi, akibat dari perbuatan mereka itu kembali pada diri sendiri. Gerak hidup mereka kebanyakan didominasi kepentingan hawa nafsu dan pemuasan syahwat hewani. Kedua, muqtashid. Yakni, golongan pertengahan. Mereka menikmati kehidupan dunia dari arah yang dibolehkan, disamping melaksanakan seluruh kewajiban yang dibebankan syari’at. Golongan ini tidak tercela. Hanya saja derajat mereka di sisi Allah Ta’ala tidaklah istimewa. Diriwayatkan, Umar bin al-Khattab t berkata, “Seandainya bukan karena takut derajatku di surga akan berkurang, sudah pasti aku akan mendahului kalian dalam hal kehidupan dunia. Saya mendengar Allah Ta’ala mencela suatu kaum melalui firman-Nya, “Kamu telah menghabiskan rezkimu yang baik dalam kehidupan duniawimu saja dan kamu telah bersenang-senang dengannya“ QS al-Ahqaf 20. Ketiga, sabiqun bi al-khairaat. Yakni, orang-orang yang bersegera mengerjakan amal-amal kebajikan. Mereka paham hakikat kehidupan dunia ini. Mengerti maksud dan tujuan mengapa mereka diciptakan. Hingga akhirnya mengarahkan mereka mengubah segala gerak dalam hidup sebagai amal dan ibadah kepada Allah Ta’ala. Disamping itu, mereka sadar, bahwa Allah Ta’ala menempatkan segenap hambaNya di bumi untuk menjalani ujian. Hal ini, agar kelihatan siapa yang paling baik amalnya. Paling zuhud terhadap dunia. Dan paling cinta pada negeri akhirat. “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya” QS al-Kahfi 7, demikian firman Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka merasa cukup mengambil dunia sekedar bekal menghadapi perjalanan panjang. Karena dunia, menurut mereka, adalah terminal mengisi segala perbekalan yang dibutuhkan. Olehnya, Allah Ta’ala mengingatkan kita akan hal itu “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa“ QS al-Baqarah 97. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Apa urusanku dengan dunia ini?!, tidaklah aku di dunia melainkan ibarat pejalan kaki yang berlindung di bawah naungan sebatang pohon, istirahat, lalu pergi meninggalkannya“. HR. Tirmidzi. Artinya, kampung sebenarnya bagi hamba adalah kampung akhirat. Keluarga hakiki baginya adalah keluarga di akhirat. Harta kekayaan sebenarnya adalah harta di akhirat. Merugilah orang-orang yang tega menjual akhiratnya demi mengais secuil kesenangan dunia yang fana. Makanya, tanamkan niat taqwa dalam seluruh aktifitas hidup. Hal mana agar setiap perbuatan kita di muka bumi bernilai pahala di sisi-Nya. Sebab demikianlah maksud keberadaan kita di dunia. Ibadah, dan mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya. Mu’adz bin Jabal t berkata, “Aku mengharapkan pahala dari tidurku, sebagaimana mengharapkan pada waktu terjagaku shalat malam”. Mengapa kita selalu lelah di dunia ini? Sebelum menjawabnya, marilah kita melihat dan merenungi bagaimana al-Qur’an bertutur kepada kita. Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk berdzikir dan mengerjakan shalat, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Wahai orang yang beriman, apabila kalian diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, maka berlarilah bersegeralah kalian mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.” QS. al-Jumu’ah 9. Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk melakukan kebaikan, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Maka berlomba-lombalah dalam berbuat kebaikan” QS. al-Baqarah 148. Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk memohon dan meraih ampunanNya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan bersegeralah kamu menuju ampunan dari Tuhanmu dan menuju surga” QS. Ali-Imran 133. Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk kembali dan menuju kepadaNya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Maka berlarilah kembali ta’at kepada Allah” QS. Adz-Dzaariyat 50. Seluruh bentuk perintah untuk akhirat di dalam al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkannya dengan kata atau kalimat perintah ; bersegeralah, berlarilah, bergegaslah, dan kata-kata lainnya yang semakna. Namun, ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala berbicara tentang dunia dan semua bentuk kenikmatan yang ada di dalamnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala menggunakan kata atau kalimat dalam bentuk lainnya. Mari kita lihat. Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan tentang urusan menjemput rizki duniawi, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dialah yang menjadikan bumi mudah bagimu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari RizkiNya” QS. Al-Mulk 15. Dalam ayat tersebut Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menggunakan kata atau kalimat perintah; bersegeralah, berlarilah, bergegaslah, dan kata-kata lainnya yang semakna seperti pada perkara-perkara akhirat di atas. Namun, dalam ayat tersebut, untuk urusan dunia, Allah Subhanahu wa Ta’ala cukup menggunakan kata atau kalimat “berjalanlah”. Jika kita mau merenungi hal ini, semestinya kita bisa memahami, kapan kita perlu berlari, atau menambah kecepatan lari kita, atau bahkan cukup berjalan saja. Jangan-jangan, selama ini kita merasa lelah, karena malah berlari mengejar dunia yang seharusnya cukup dengan berjalan. Oleh karena itu, sekali lagi, adillah Saudaraku! Adil itu tidak harus sama. Tapi, adil itu ketika kita mampu menempatkan sesuatu pada tempatnya. Ya, akhirat tempatnya teramat jauh dan tinggi dibandingkan dunia. “Dunia dibanding akhirat tiada lain hanyalah seperti jika seseorang di antara kalian mencelupkan jarinya kelautan, maka hendaklah ia melihat air yang menempel di jarinya setelah ia menariknya” HR. Muslim, begitu pesan Nabi kita. Namun, betapapun akhirat menjadi tujuan tertinggi, tentu saja dunia adalah bagian dari kehidupan kita yang tidak dilupakan. “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari kenikmatan duniawi” QS. Al-Qashas 77, firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam sebuah ayatNya. Maksudnya yaitu gunakanlah harta yang banyak dan nikmat yang berlimpah yang telah Allah berikan kepadamu di dalam ketaatan kepada Rabmu dan untuk bertaqarrub mendekatkan diri kepada-Nya dengan berbagai macam bentuk taqarrub, yang dengannya engkau akan mendapatkan pahala di negeri akhirat. Namun, janganlah kamu melupakan bahagianmu dari kenikmatan duniawi yaitu apa- apa yang telah Allah halalkan untukmu di dunia seperti makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, dan pernikahan, sesungguhnya Rabmu mempunyai hak darimu, dirimu mempunyai hak darimu, keluargamu mempunyai hak darimu, istriu mempunyai hak darimu, maka berikanlah hak kepada setiap pemilik hak Tafsir Ibnu Katsir Jilid 6 253-254. Wallahu a’lam. Oleh Azwar Iskandar/Wahdah */

Mottohidup dari ayat Alquran bikin diri jadi lebih baik. foto: Instagram/@quotes_al.quran. 61. "Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan hanya senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, jika saja mereka mengetahui. (Q.S al-Ankabut 64) 62.
بسم الله الرحمن الرحيم Kehidupan Akhirat itu lebih baik dan kekal dibandingkan Kehidupan Dunia yang Sementara. Allah Ta’ala berfirman وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan hanya permainan dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” QS. Al An’am 32 Kehidupan Dunia itu sangat kecil dan sedikit dibandingkan dengan Akhirat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda وَاللهِّ مَا الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلاَّ مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ فِي الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ يَرْجِعُ؟ “Demi Allah, tidaklah dunia dibandingkan akhirat kecuali seperti seseorang dari kalian mencelupkan jarinya ke laut, maka lihatlah apa yang tersisa di jarinya jika ia keluarkan dari laut?” HR Muslim no 2868. Allâh Azza wa Jalla berfirman يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الْأَرْضِ ۚ أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآخِرَةِ ۚ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu, “Berangkatlah utk berperang di jalan Allâh” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di Dunia ini dibandingkan dengan kehidupan di Akhirat hanyalah sedikit.QS At-Taubah 38 Perumpamaan Kehidupan Dunia, dan Perintah Allah agar Berlomba untuk Ampunan Allah dan Kehidupan Akhirat. Allah taala berfirman ٱعۡلَمُوۤا۟ أَنَّمَا ٱلۡحَیَوٰةُ ٱلدُّنۡیَا لَعِبࣱ وَلَهۡوࣱ وَزِینَةࣱ وَتَفَاخُرُۢ بَیۡنَكُمۡ وَتَكَاثُرࣱ فِی ٱلۡأَمۡوَ ٰ⁠لِ وَٱلۡأَوۡلَـٰدِۖ كَمَثَلِ غَیۡثٍ أَعۡجَبَ ٱلۡكُفَّارَ نَبَاتُهُۥ ثُمَّ یَهِیجُ فَتَرَىٰهُ مُصۡفَرࣰّا ثُمَّ یَكُونُ حُطَـٰمࣰاۖ وَفِی ٱلۡـَٔاخِرَةِ عَذَابࣱ شَدِیدࣱ وَمَغۡفِرَةࣱ مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضۡوَ ٰ⁠نࣱۚ وَمَا ٱلۡحَیَوٰةُ ٱلدُّنۡیَاۤ إِلَّا مَتَـٰعُ ٱلۡغُرُورِ ۝ سَابِقُوۤا۟ إِلَىٰ مَغۡفِرَةࣲ مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا كَعَرۡضِ ٱلسَّمَاۤءِ وَٱلۡأَرۡضِ أُعِدَّتۡ لِلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرُسُلِهِۦۚ ذَ ٰ⁠لِكَ فَضۡلُ ٱللَّهِ یُؤۡتِیهِ مَن یَشَاۤءُۚ وَٱللَّهُ ذُو ٱلۡفَضۡلِ ٱلۡعَظِیمِ Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. Berlomba-lombalah kamu kepada mendapatkan ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. QS. Al-Hadid 20-21 سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ Published by magibrata Abu Muhammad Harits Muhammad A Gibrata, PhD View all posts by magibrata Published August 14, 2020August 8, 2020 Post navigation . 229 263 126 455 432 14 37 245

akhirat lebih baik dari dunia